Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Mei 2025

Ketika Lelah Melayani, Ingatlah Janji Ini :Berdasarkan 1 Korintus 15:58



Oleh : Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th

"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58)

Kelelahan yang Tidak Terlihat

Tidak semua kelelahan bisa dilihat orang lain. Pelayan Tuhan bisa tersenyum di depan mimbar, namun menangis dalam doa pribadi. Gembala bisa menguatkan jemaat setiap minggu, namun diam-diam bergumul dengan perasaan hampa.
Mahasiswa teologi bisa penuh semangat belajar Alkitab, namun kadang bertanya: “Apakah ini semua akan berarti?”

Jika Anda pernah merasa demikian, Anda tidak sendiri. Dan lebih dari itu: Anda sedang dibawa kepada satu janji Tuhan yang luar biasa.

1. Pelayanan Tidak Selalu Mudah

Rasul Paulus tahu betul seperti apa rasanya menjadi pelayan Tuhan yang lelah. Dalam surat-suratnya, ia sering menceritakan penderitaan, penganiayaan, dan tantangan yang ia alami. Namun di tengah semua itu, ia tidak menyerah—karena ia tahu untuk siapa ia melayani.

Pelayanan bukan tentang kenyamanan, tetapi kesetiaan. Bukan tentang hasil instan, tetapi ketaatan jangka panjang. Dan ya, kadang pelayanan itu melelahkan.

2. Berdirilah Teguh, Jangan Goyah

Paulus mengajak kita untuk berdiri teguh.
Bukan karena kita kuat, tetapi karena dasar kita adalah Kristus yang telah bangkit.
Pasal sebelumnya (1 Korintus 15) berbicara panjang lebar tentang kebangkitan dan kemenangan atas maut. Itu bukan sekadar ajaran, tapi pengharapan nyata—bahwa ada kehidupan di balik kelelahan, dan kemuliaan di balik pengorbanan.

Jangan goyah, meski dunia tidak mengerti panggilanmu. Jangan goyah, meski tidak ada tepuk tangan. Karena kekuatan kita bukan dari respon manusia, tapi dari janji Tuhan.

3. Giatlah Senantiasa dalam Pekerjaan Tuhan

Pelayanan bukan sekadar kegiatan di gereja. Itu adalah seluruh hidup yang dipersembahkan bagi Tuhan. Ketika Anda mengajar anak-anak sekolah minggu, menyusun bahan khotbah, mengunjungi jemaat, atau bahkan menulis makalah teologi—semua itu adalah bagian dari "pekerjaan Tuhan" yang mulia.

Kata “giat” di sini bukan hanya soal kesibukan, tetapi hati yang menyala.
Semangat yang tidak padam walau tubuh lelah, karena ada kasih yang terus menyala di dalam hati.

4. Jerih Payahmu Tidak Sia-Sia

Inilah inti dari janji Tuhan dalam ayat ini: Tidak ada satu pun yang sia-sia dalam Tuhan.

Mungkin pelayananmu tidak dilihat orang. Mungkin hasilnya belum tampak. Mungkin tidak ada yang mengucapkan terima kasih.

Tapi Tuhan melihat. Dan Ia menghargai.
Setiap doa yang kau panjatkan, setiap air mata yang kau tumpahkan, setiap waktu yang kau beri untuk melayani—semua dicatat, dan tidak satu pun akan hilang percuma.

Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mudah, tapi Ia menjanjikan upah yang kekal. Ia tidak selalu memberi hasil cepat, tapi Ia memberi jaminan bahwa setiap jerih lelah kita ada maknanya.

Penutup: Pegang Janji Ini

Saudaraku, pelayan Tuhan, gembala, mahasiswa teologi— Jika hari-harimu terasa berat, jika semangatmu mulai meredup, ingatlah janji ini: Jerih payahmu tidak sia-sia.

Teruslah berdiri teguh.
Teruslah giat melayani.
Dan biarlah setiap langkah kita mengarah kepada Dia yang telah lebih dulu memberi segalanya.

“Tuhan, kuatkan kami yang lelah. Segarkan hati kami yang mulai layu. Dan ingatkan kami selalu, bahwa Engkau melihat dan menghargai setiap usaha kami dalam Engkau.”
Amin.


Kamis, 30 November 2023

TINJAUAN BUKU : TEOLOGI PENGGEMBALAAN (SUATU PENGANTAR)



Judul: Teologi Penggembalaan: Suatu Pengantar

Penulis: Derek J. Tidball

Penerjemah: M. Rumkeny                                                   

Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas

Tahun Terbit: 1995

.

Resensi

Sebagai sebuah karya yang mendalam dalam bidang teologi, buku "Teologi Penggembalaan: Suatu Pengantar" karya Derek J. Tidball membuka jendela wawasan bagi pembaca tentang konsep penggembalaan dalam konteks Kristen. Penulis, seorang teolog terkemuka, mengajak pembaca untuk menjelajahi dunia penggembalaan dari perspektif teologis, bukan hanya sebagai praktik keagamaan, tetapi sebagai landasan dan refleksi iman yang mendalam.

Derek J. Tidball dalam bukunya ini menguraikan dengan teliti bagaimana penggembalaan bukan sekadar tugas, melainkan sebuah panggilan yang mengandung dimensi spiritual dan teologis mendalam. Ia mengeksplorasi berbagai aspek penggembalaan, mulai dari sejarahnya, peranannya dalam gereja, hingga aplikasinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Tidball memandu pembaca untuk memahami bahwa penggembalaan adalah lebih dari sekedar memberikan bimbingan rohani; ini tentang membangun komunitas iman yang solid, di mana setiap anggota merasa didukung dan diperkuat dalam perjalanan iman mereka.

Buku ini juga menyoroti peran penting penggembala dalam membentuk dan memelihara identitas kekristenan dalam komunitas. Tidball menekankan bahwa seorang penggembala harus memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran-ajaran Kristen, bersamaan dengan kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan dengan kehidupan jemaat. Pendekatan ini menggambarkan pentingnya keseimbangan antara teori dan praktik dalam penggembalaan.

Salah satu kekuatan buku ini terletak pada kemampuan Tidball untuk mengintegrasikan teologi dengan praktik pastoral. Dengan menggunakan contoh-contoh yang nyata dan aplikatif, ia mengilustrasikan bagaimana prinsip-prinsip teologis dapat diterapkan dalam berbagai situasi penggembalaan. Ini memberikan pembaca, baik mereka yang sudah berkecimpung di bidang penggembalaan maupun yang baru tertarik, pandangan praktis tentang bagaimana mengimplementasikan ajaran-ajaran ini dalam pelayanan mereka.

Secara keseluruhan, "Teologi Penggembalaan: Suatu Pengantar" oleh Derek J. Tidball adalah buku yang sangat berharga bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang teologi penggembalaan. Dengan gaya penulisan yang jelas dan penuh wawasan, buku ini sukses menyajikan penggembalaan tidak hanya sebagai tugas gerejawi, tetapi sebagai jalan hidup yang kaya dan penuh makna.