Tampilkan postingan dengan label Khotbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khotbah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Mei 2025

Ketika Lelah Melayani, Ingatlah Janji Ini :Berdasarkan 1 Korintus 15:58



Oleh : Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th

"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58)

Kelelahan yang Tidak Terlihat

Tidak semua kelelahan bisa dilihat orang lain. Pelayan Tuhan bisa tersenyum di depan mimbar, namun menangis dalam doa pribadi. Gembala bisa menguatkan jemaat setiap minggu, namun diam-diam bergumul dengan perasaan hampa.
Mahasiswa teologi bisa penuh semangat belajar Alkitab, namun kadang bertanya: “Apakah ini semua akan berarti?”

Jika Anda pernah merasa demikian, Anda tidak sendiri. Dan lebih dari itu: Anda sedang dibawa kepada satu janji Tuhan yang luar biasa.

1. Pelayanan Tidak Selalu Mudah

Rasul Paulus tahu betul seperti apa rasanya menjadi pelayan Tuhan yang lelah. Dalam surat-suratnya, ia sering menceritakan penderitaan, penganiayaan, dan tantangan yang ia alami. Namun di tengah semua itu, ia tidak menyerah—karena ia tahu untuk siapa ia melayani.

Pelayanan bukan tentang kenyamanan, tetapi kesetiaan. Bukan tentang hasil instan, tetapi ketaatan jangka panjang. Dan ya, kadang pelayanan itu melelahkan.

2. Berdirilah Teguh, Jangan Goyah

Paulus mengajak kita untuk berdiri teguh.
Bukan karena kita kuat, tetapi karena dasar kita adalah Kristus yang telah bangkit.
Pasal sebelumnya (1 Korintus 15) berbicara panjang lebar tentang kebangkitan dan kemenangan atas maut. Itu bukan sekadar ajaran, tapi pengharapan nyata—bahwa ada kehidupan di balik kelelahan, dan kemuliaan di balik pengorbanan.

Jangan goyah, meski dunia tidak mengerti panggilanmu. Jangan goyah, meski tidak ada tepuk tangan. Karena kekuatan kita bukan dari respon manusia, tapi dari janji Tuhan.

3. Giatlah Senantiasa dalam Pekerjaan Tuhan

Pelayanan bukan sekadar kegiatan di gereja. Itu adalah seluruh hidup yang dipersembahkan bagi Tuhan. Ketika Anda mengajar anak-anak sekolah minggu, menyusun bahan khotbah, mengunjungi jemaat, atau bahkan menulis makalah teologi—semua itu adalah bagian dari "pekerjaan Tuhan" yang mulia.

Kata “giat” di sini bukan hanya soal kesibukan, tetapi hati yang menyala.
Semangat yang tidak padam walau tubuh lelah, karena ada kasih yang terus menyala di dalam hati.

4. Jerih Payahmu Tidak Sia-Sia

Inilah inti dari janji Tuhan dalam ayat ini: Tidak ada satu pun yang sia-sia dalam Tuhan.

Mungkin pelayananmu tidak dilihat orang. Mungkin hasilnya belum tampak. Mungkin tidak ada yang mengucapkan terima kasih.

Tapi Tuhan melihat. Dan Ia menghargai.
Setiap doa yang kau panjatkan, setiap air mata yang kau tumpahkan, setiap waktu yang kau beri untuk melayani—semua dicatat, dan tidak satu pun akan hilang percuma.

Tuhan tidak menjanjikan jalan yang mudah, tapi Ia menjanjikan upah yang kekal. Ia tidak selalu memberi hasil cepat, tapi Ia memberi jaminan bahwa setiap jerih lelah kita ada maknanya.

Penutup: Pegang Janji Ini

Saudaraku, pelayan Tuhan, gembala, mahasiswa teologi— Jika hari-harimu terasa berat, jika semangatmu mulai meredup, ingatlah janji ini: Jerih payahmu tidak sia-sia.

Teruslah berdiri teguh.
Teruslah giat melayani.
Dan biarlah setiap langkah kita mengarah kepada Dia yang telah lebih dulu memberi segalanya.

“Tuhan, kuatkan kami yang lelah. Segarkan hati kami yang mulai layu. Dan ingatkan kami selalu, bahwa Engkau melihat dan menghargai setiap usaha kami dalam Engkau.”
Amin.


Selasa, 20 Mei 2025

5 Kualitas Gembala yang Wajib Dimiliki Setiap Pemimpin Sejati


Oleh: Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th

I. PENDAHULUAN

Di tengah hiruk pikuk dunia modern yang serba cepat dan kompetitif, sosok gembala mungkin tampak sederhana, bahkan kuno. Namun, jangan biarkan kesederhanaan itu menipu kita. Di balik jubahnya yang mungkin usang dan tongkat kayunya, tersembunyi prinsip-prinsip kepemimpinan abadi yang justru semakin relevan di era kini. Kepemimpinan sejati bukanlah sekadar tentang jabatan, kekuasaan, atau perintah. Lebih dari itu, kepemimpinan sejati adalah tentang pengaruh, karakter, dan kemampuan tulus untuk melayani dan membimbing mereka yang dipercayakan kepada kita. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lima kualitas fundamental seorang gembala yang, jika dihayati dan diterapkan, dapat mentransformasi kita menjadi pemimpin sejati yang membawa dampak positif dan inspirasi bagi sekitar.

II.  5 KUALITAS GEMBALA

A. Kualitas 1: Kepedulian yang Mendalam (Empathy & Genuine Care)

  • Kepedulian yang Mendalam: Mengenal dan Merasakan Kebutuhan "Kawanan"

    Seorang gembala tidak hanya menghitung jumlah dombanya; ia mengenal setiap individu dalam kawanannya. Ia tahu mana domba yang kuat, mana yang lemah, mana yang sering tersesat, atau mana yang membutuhkan perhatian ekstra. Kepedulian ini bukan sekadar formalitas, melainkan lahir dari hati yang tulus. Gembala yang baik merasakan apa yang dirasakan domba-dombanya – kegembiraan saat menemukan padang rumput hijau, ketakutan saat bahaya mengancam.

    Dalam konteks kepemimpinan modern, kualitas ini diterjemahkan menjadi empati dan kepedulian yang tulus terhadap anggota tim atau komunitas. Seorang pemimpin sejati meluangkan waktu untuk mengenal bawahannya secara personal – memahami kekuatan, kelemahan, aspirasi, bahkan tantangan pribadi mereka. Ia menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Sebagai contoh, seorang manajer yang tidak hanya bertanya tentang progres pekerjaan, tetapi juga secara tulus menanyakan kabar keluarga anggotanya atau memberikan dukungan saat mereka menghadapi kesulitan pribadi, sedang mempraktikkan kepedulian seorang gembala. Demikian pula seorang guru yang peka terhadap perubahan perilaku muridnya dan berusaha memahami penyebabnya.

B. Kualitas 2: Keberanian Melindungi dan Mengambil Keputusan Sulit (Courage to Protect & Decisiveness)

  • Keberanian Melindungi: Garda Terdepan Saat Badai Menerpa

    Tugas seorang gembala tidak selalu mudah. Ia harus siap menghadapi bahaya – baik itu binatang buas, pencuri, maupun cuaca ekstrem yang mengancam keselamatan kawanannya. Keberanian adalah atribut mutlak baginya. Ia tidak akan lari meninggalkan domba-dombanya saat ancaman datang, melainkan berdiri di garis depan untuk melindungi mereka. Keberanian ini juga tercermin dalam kemampuannya mengambil keputusan sulit demi kebaikan bersama, meski mungkin berisiko.

    Bagi pemimpin modern, keberanian ini manifes dalam kemauan untuk membela timnya dari kritik yang tidak adil, tekanan eksternal yang merugikan, atau kebijakan yang merugikan. Ia tidak takut menyuarakan kebenaran, bahkan jika itu berarti berhadapan dengan pihak yang lebih berkuasa. Lebih jauh, pemimpin sejati berani mengambil keputusan yang sulit dan mungkin tidak populer, jika ia yakin itu adalah yang terbaik untuk jangka panjang organisasi atau komunitasnya. Contohnya, seorang CEO yang menolak proyek yang sangat menguntungkan namun berpotensi merusak reputasi perusahaan atau mengeksploitasi karyawan, menunjukkan keberanian seorang gembala. Atau, seorang ketua tim yang berani bertanggung jawab penuh atas kegagalan timnya, tanpa mencari kambing hitam.

C. Kualitas 3: Visi dan Kemampuan Membimbing (Vision & Guidance)

  • Visi Sang Penunjuk Jalan: Membimbing Menuju "Padang Rumput Hijau"

    Seorang gembala memiliki visi – ia tahu ke mana harus membawa kawanannya untuk menemukan padang rumput yang subur dan sumber air yang jernih. Ia tidak hanya berjalan tanpa tujuan, tetapi memiliki peta dalam benaknya. Lebih dari itu, ia mampu membimbing domba-dombanya dengan sabar dan konsisten, memastikan tidak ada yang tertinggal atau tersesat. Tongkatnya bukan hanya untuk menghalau bahaya, tetapi juga untuk mengarahkan.

    Pemimpin sejati juga harus memiliki visi yang jelas untuk masa depan tim atau organisasinya. Visi ini memberikan arah, tujuan, dan makna bagi setiap upaya yang dilakukan. Namun, memiliki visi saja tidak cukup; pemimpin harus mampu mengkomunikasikan visi tersebut secara efektif sehingga menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk bergerak bersama. Ia membimbing langkah demi langkah, memberikan arahan, dukungan, dan sumber daya yang dibutuhkan. Bayangkan seorang pendiri startup yang dengan penuh semangat menceritakan bagaimana produk mereka akan mengubah dunia; visinya itu menular dan membakar semangat tim kecilnya. Atau, seorang mentor yang dengan sabar membantu anak didiknya merumuskan dan mencapai tujuan karir mereka.

D. Kualitas 4: Mengenal "Domba"-nya Secara Individual (Knowing Your People)

  • Mengenal Setiap Individu: Kunci Memaksimalkan Potensi

    Seperti telah disinggung sebelumnya, gembala yang baik tidak menganggap domba-dombanya sebagai massa tanpa nama. Ia mengenal karakteristik unik setiap domba. Ia tahu mana yang pemberani, mana yang pemalu, mana yang cenderung mengikuti, dan mana yang suka menjelajah sendiri. Pengetahuan ini memungkinkannya untuk memberikan perlakuan yang sesuai dan memaksimalkan kesejahteraan setiap individu dalam kawanannya.

    Dalam kepemimpinan, ini berarti memahami bahwa setiap anggota tim adalah individu unik dengan kekuatan, kelemahan, gaya belajar, motivasi, dan aspirasi yang berbeda. Pemimpin yang efektif tidak menerapkan pendekatan "satu ukuran untuk semua". Sebaliknya, ia berusaha mengenali potensi masing-masing orang dan mendelegasikan tugas atau memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan bakat dan minat mereka. Ia memberikan umpan balik yang personal dan konstruktif, membantu mereka bertumbuh dan berkembang. Seorang manajer yang menempatkan anggota tim dengan kemampuan analitis kuat pada proyek riset, sementara anggota tim dengan bakat komunikasi ditugaskan untuk presentasi, adalah contoh penerapan kualitas ini. Bahkan orang tua pun perlu menjadi 'gembala' bagi anak-anaknya, memahami karakter unik mereka untuk membimbing dengan tepat.

E. Kualitas 5: Integritas dan Keteladanan (Integrity & Leading by Example)

  • Integritas dan Keteladanan: Berjalan di Depan, Bukan Hanya Menyuruh

    Domba-domba mempercayai gembalanya karena gembala tersebut konsisten dalam tindakan dan perkataannya. Gembala yang baik tidak akan membawa kawanannya ke jurang bahaya demi keuntungan pribadinya. Ia memimpin dengan integritas, menunjukkan jalan, dan seringkali berjalan di depan, bukan hanya menyuruh dari belakang. Kehadirannya memberikan rasa aman dan keyakinan.

    Integritas adalah fondasi dari kepemimpinan yang langgeng. Pemimpin sejati adalah pribadi yang perkataannya dapat dipegang dan tindakannya mencerminkan nilai-nilai yang ia junjung tinggi. Ia tidak meminta orang lain melakukan sesuatu yang ia sendiri tidak bersedia melakukannya. Ia menjadi teladan dalam etika kerja, kejujuran, tanggung jawab, dan komitmen. Kepercayaan dari tim atau pengikut dibangun bukan melalui kata-kata manis, melainkan melalui tindakan nyata yang konsisten. Ketika seorang pemimpin mengakui kesalahannya secara terbuka, bekerja keras bersama timnya saat menghadapi tenggat waktu yang ketat, atau selalu menepati janjinya, ia sedang menunjukkan integritas dan keteladanan seorang gembala.

III. PENUTUP

Lima kualitas gembala yang telah kita bahas – kepedulian yang mendalam, keberanian melindungi, visi dan kemampuan membimbing, mengenal setiap individu, serta integritas dan keteladanan – bukanlah sekadar daftar sifat yang bagus untuk dimiliki. Ini adalah pilar-pilar fundamental yang membentuk seorang pemimpin sejati, pemimpin yang mampu menginspirasi, memberdayakan, dan membawa perubahan positif.

Menjadi pemimpin seperti gembala bukanlah tujuan akhir yang bisa dicapai dalam semalam, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan komitmen, refleksi diri, dan pengembangan berkelanjutan. Ini adalah panggilan untuk melayani dengan hati, memimpin dengan hikmat, dan meninggalkan jejak kebaikan di mana pun kita berada. Kualitas gembala manakah yang paling beresonansi dengan Anda hari ini, dan langkah kecil apa yang bisa Anda ambil untuk mulai menghidupinya? Mari kita mulai perjalanan menjadi pemimpin yang lebih baik, satu langkah setiap hari, terinspirasi oleh kearifan abadi sang gembala. Bagikan pemikiran Anda di kolom komentar di bawah!

Senin, 05 Mei 2025

Berkat dan Kutukan dalam Ketaatan: Perspektif Ulangan 28:38-40

 

Oleh : Pdt. DR. Thian Rope, M.Th

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk taat atau tidak taat terhadap aturan dan norma yang berlaku. Dalam konteks religius, ketaatan kepada perintah Tuhan dianggap sangat penting dan dapat membawa berkat atau kutukan, seperti yang dijelaskan dalam kitab Ulangan 28:38-40. Artikel ini akan membahas makna dari bagian ini dan implikasinya dalam kehidupan kita.

Konteks Ulangan 28:38-40

Kitab Ulangan merupakan bagian dari Taurat, yaitu lima kitab pertama dalam Alkitab. Ulangan 28 berisi daftar berkat dan kutukan yang akan dialami oleh bangsa Israel tergantung pada ketaatan mereka terhadap perintah Tuhan. Ayat 38-40 secara khusus menggambarkan kutukan yang akan menimpa mereka jika tidak taat.

Ulangan 28:38-40 berbunyi sebagai berikut:

  • "Banyak benih yang akan kamu bawa ke ladang, tetapi sedikit yang akan kamu kumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya."
  • "Kebun-kebun anggur yang kamu tanami dan kamu rawat akan kamu petik buahnya, tetapi anggur itu tidak akan kamu minum, sebab ulat akan memakannya."
  • "Pohon zaitun yang ada di seluruh daerahmu, buahnya akan jatuh sendiri, tetapi kamu tidak akan meminyaki tubuhmu dengan minyaknya, sebab pohonmu akan dikerumuni ulat."

Makna dan Implikasi

Ayat-ayat ini menggambarkan konsekuensi dari ketidaktaatan dalam bentuk kehilangan hasil kerja keras. Banyaknya benih yang ditanam, anggur yang dirawat, dan zaitun yang dipelihara tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Ini menggambarkan ironi dari usaha yang sia-sia karena ketidaktaatan.

Implikasi Spiritual

Secara spiritual, ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa ketaatan kepada Tuhan adalah kunci untuk mendapatkan berkat dan menghindari kutukan. Ini bukan hanya tentang hukum-hukum agama, tetapi juga tentang prinsip-prinsip moral dan etika yang seharusnya kita pegang teguh.

Implikasi Sosial

Dalam konteks sosial, kutukan yang digambarkan dalam ayat-ayat ini dapat diartikan sebagai dampak negatif dari perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai masyarakat. Ketidaktaatan bisa menyebabkan kerugian tidak hanya bagi individu tetapi juga komunitas secara keseluruhan.

Kesimpulan

Ulangan 28:38-40 mengajarkan kita bahwa ketaatan adalah suatu kebajikan yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti perintah dan norma yang berlaku, kita tidak hanya mendapat berkat dalam bentuk spiritual tetapi juga dapat menikmati hasil dari kerja keras kita. Mari kita renungkan dan terapkan pelajaran ini dalam setiap aspek kehidupan kita.

Sabtu, 03 Mei 2025

Kepemimpinan Gembala Sidang dan Pemberdayaan Istri untuk Memimpin Gereja Lokal


Oleh : Pdt. DR.Thian Rope, M.Th

Gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan komunitas yang tumbuh dan berkembang dalam kasih dan pelayanan. Kepemimpinan gereja memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan bahwa gereja bisa berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Salah satu aspek penting dalam kepemimpinan gereja yang semakin mendapat perhatian adalah peran istri gembala sidang dalam memimpin gereja lokal. Meskipun secara tradisional peran gembala sidang lebih banyak diasosiasikan dengan pria, semakin banyak gereja yang kini melihat pentingnya pemberdayaan istri gembala sidang dalam pelayanan gereja.

Pemberdayaan istri gembala sidang bukan hanya mengenai mendampingi suami, tetapi juga melibatkan mereka dalam berbagai aspek kepemimpinan gereja. Hal ini mencakup pengambilan keputusan, pelayanan jemaat, serta memberikan dukungan dalam pengajaran dan penggembalaan. Mengapa pemberdayaan istri gembala sidang ini sangat penting? Berikut beberapa alasan yang mendasari hal ini.

Mengapa Pemberdayaan Istri Gembala Sidang Itu Penting?

  1. Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Gereja
    Salah satu alasan utama pemberdayaan istri gembala sidang penting adalah untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan gereja. Dengan melibatkan istri dalam kepemimpinan gereja, kita memperoleh perspektif yang lebih beragam dan holistik. Kepemimpinan yang melibatkan lebih dari satu perspektif akan mampu memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh, memperhatikan kebutuhan keluarga, jemaat perempuan, dan anak-anak, yang seringkali membutuhkan perhatian ekstra dalam pelayanan gereja.

  2. Membangun Hubungan yang Lebih Dekat dengan Jemaat
    Istri gembala sidang, sebagai seorang yang lebih dekat dengan banyak keluarga dalam jemaat, memiliki kemampuan untuk membangun hubungan yang lebih hangat dan intim. Pendekatan empatik istri gembala sidang memungkinkan mereka untuk lebih mudah dijangkau oleh jemaat, terutama oleh kaum perempuan dan keluarga. Dengan komunikasi yang baik, istri gembala sidang dapat lebih efektif dalam memberikan konseling dan pendampingan yang dibutuhkan oleh jemaat.

  3. Menunjukkan Nilai Kesetaraan dalam Kepemimpinan
    Salah satu tujuan utama pemberdayaan istri gembala sidang adalah untuk menumbuhkan kesetaraan dalam kepemimpinan gereja. Pemberdayaan ini mengirimkan pesan penting bahwa gereja menghargai kontribusi perempuan dalam pelayanan. Hal ini membuka kesempatan bagi perempuan untuk melayani dalam kapasitas yang lebih besar, sekaligus menunjukkan bahwa kepemimpinan gereja tidak terbatas pada gender. Ini menjadi contoh yang baik bagi generasi muda bahwa setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki kesempatan yang sama untuk melayani dan memimpin.

Tantangan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan Istri Gembala Sidang

Namun, pemberdayaan istri gembala sidang bukanlah hal yang mudah dan tanpa tantangan. Beberapa gereja, terutama yang lebih tradisional, mungkin masih merasa ragu untuk memberikan ruang kepada istri gembala untuk melayani dalam kapasitas kepemimpinan penuh. Selain itu, istri gembala sidang sering kali menghadapi beban ganda, baik dalam menjalankan peran domestik sebagai ibu dan pendamping, maupun dalam memimpin gereja. Mengelola waktu antara pelayanan gereja dan tanggung jawab keluarga bisa menjadi tantangan yang berat.

Selain itu, istri gembala sidang mungkin juga menghadapi ketidaksetaraan dalam kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, pengajaran Alkitab, dan teologi. Hal ini dapat membatasi kemampuan mereka untuk memberikan kontribusi secara maksimal dalam pelayanan gereja.

Langkah-langkah yang Dapat Diambil untuk Mendorong Pemberdayaan

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, gereja perlu mengambil langkah-langkah yang mendukung pemberdayaan istri gembala sidang. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

  1. Memberikan Pelatihan Kepemimpinan dan Teologi yang Memadai
    Gereja perlu memastikan bahwa istri gembala sidang memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan dan teologi. Hal ini akan memperlengkapi mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan peran kepemimpinan yang efektif dalam gereja.

  2. Menciptakan Budaya yang Mendukung Peran Perempuan dalam Kepemimpinan
    Gereja perlu menciptakan budaya yang inklusif dan mendukung peran perempuan dalam pelayanan. Ini termasuk memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelayanan kepemimpinan, tanpa adanya diskriminasi berdasarkan gender.

  3. Mendukung Keseimbangan Kehidupan Keluarga dan Pelayanan
    Untuk membantu istri gembala sidang mengatasi tantangan dalam menyeimbangkan kehidupan keluarga dan pelayanan gereja, gereja perlu menciptakan sistem dukungan yang memungkinkan mereka untuk tetap menjalankan peran di kedua area tersebut dengan efektif. Ini bisa berupa pembagian tugas domestik yang adil atau memberikan kesempatan bagi mereka untuk memiliki waktu istirahat dari pelayanan.

Kesimpulan

Pemberdayaan istri gembala sidang dalam kepemimpinan gereja lokal bukan hanya memberikan kesempatan bagi perempuan untuk melayani, tetapi juga memperkaya pelayanan gereja itu sendiri. Dengan memberikan ruang bagi istri gembala sidang untuk berkembang dan berkontribusi dalam pelayanan gereja, kita akan menciptakan gereja yang lebih inklusif, sehat, dan berkelanjutan. Tentu saja, pemberdayaan ini harus didukung oleh gereja melalui pelatihan, kesempatan yang setara, dan dukungan dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pelayanan.

Dengan langkah-langkah yang tepat, istri gembala sidang dapat berperan sebagai pemimpin yang kuat dan berdampak positif bagi seluruh jemaat. Ini adalah langkah yang penting dalam mewujudkan gereja yang lebih dinamis dan penuh kasih, serta mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan inklusivitas dalam pelayanan.

Senin, 14 April 2025

Kasih yang Tak Menghitung Untung Rugi

 

Roma 5:8 –

“Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, yaitu ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita.”

Sebagai umat Kristen, kita merayakan Paskah sebagai momen bersejarah di mana Tuhan Yesus memberikan pengorbanan terbesar-Nya untuk umat manusia. Paskah bukan hanya tentang kebangkitan Yesus, tetapi juga tentang kasih-Nya yang tak terhingga. Kasih yang diberikan tanpa menghitung untung rugi, kasih yang melampaui batasan manusia. Kasih yang Allah tunjukkan kepada kita melalui pengorbanan Kristus di kayu salib adalah bentuk kasih yang paling murni dan sempurna.

Dalam Roma 5:8, kita membaca bahwa "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, yaitu ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Ini adalah gambaran nyata tentang kasih yang tidak memperhitungkan untung dan rugi. Kasih ini tidak mencari keuntungan pribadi, melainkan memberi tanpa syarat. Di sini, kita menemukan makna sejati dari kasih yang tulus dan tanpa pamrih.

Kasih yang Tidak Menghitung Untung Rugi

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari, kasih yang kita berikan terikat pada harapan atau keuntungan pribadi. Misalnya, kita memberi sesuatu dengan harapan kita akan menerima balasan atau setidaknya rasa terima kasih. Kita memberikan kasih, tetapi di balik itu, ada perhitungan. Namun, kasih yang ditunjukkan Yesus kepada kita berbeda.

Kasih-Nya tidak berdasarkan pada apakah kita layak atau tidak. Bahkan ketika kita masih hidup dalam dosa, Yesus memilih untuk mengorbankan diri-Nya untuk kita. Ini adalah kasih yang luar biasa, yang tidak mengharapkan balasan. Dia memberi tanpa melihat untung rugi.

Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk meneladani kasih ini dalam kehidupan kita. Kita dipanggil untuk memberi dengan tulus, tanpa perhitungan, bahkan kepada mereka yang mungkin tidak dapat membalas kasih kita. Seperti Yesus, kita diajak untuk mengasihi dengan cara yang tak mengharapkan apapun sebagai imbalannya.

Kasih yang Relakah Mengorbankan Diri

Kasih yang sejati tidak hanya memberi tanpa mengharapkan balasan, tetapi juga bersedia berkorban. Yesus memberi nyawa-Nya untuk kita, sebuah pengorbanan yang luar biasa. Kasih-Nya tidak terhalang oleh rasa takut akan kerugian pribadi. Dia rela menanggung semua penderitaan demi keselamatan kita.

Sebagai umat Kristiani, kita diajak untuk mengorbankan diri demi kasih. Kasih yang sejati melibatkan pengorbanan, entah itu waktu, tenaga, atau sumber daya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin dipanggil untuk mengorbankan sesuatu demi orang lain, baik itu dalam keluarga, pekerjaan, atau komunitas. Pengorbanan itu tidak selalu mudah, tetapi itulah makna sejati dari kasih yang tak menghitung untung rugi.

Kasih yang Mencapai Semua Orang

Kasih Allah tidak memilih-milih siapa yang berhak menerima kasih-Nya. Dalam Roma 5:8, kita diberitahukan bahwa "Kristus telah mati untuk kita," meskipun kita masih berdosa. Ini berarti kasih Allah dijangkau oleh semua orang, tanpa terkecuali. Kasih-Nya melampaui segala batasan, baik itu status sosial, latar belakang, atau dosa yang telah kita perbuat.

Begitu juga dengan kita. Sebagai orang yang mengaku mengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengasihi semua orang, tidak memandang siapa mereka, baik yang kaya atau miskin, yang baik atau jahat, yang sukses atau gagal. Kasih kita harus dapat menjangkau semua orang, bahkan mereka yang mungkin sulit untuk kita kasihi. Kasih yang tidak mengenal batasan ini adalah kasih yang mencerminkan hati Allah.

Kesimpulan: Kasih yang Mengubah Dunia

Paskah mengingatkan kita akan kasih yang tak terhingga yang diberikan Yesus Kristus kepada kita. Kasih yang tidak mengukur untung rugi, kasih yang memberi tanpa syarat, dan kasih yang rela berkorban. Kita diajak untuk meneladani kasih itu dalam hidup kita.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengasihi dengan cara yang sama. Kasih yang tidak melihat untung rugi, kasih yang rela berkorban, dan kasih yang menjangkau semua orang. Dunia ini membutuhkan kasih seperti itu—kasih yang dapat mengubah hidup, menyembuhkan luka, dan membawa kedamaian. Marilah kita menjadi saluran kasih itu, agar melalui kita, dunia dapat merasakan kasih Allah yang sejati.

Roma 5:8 mengingatkan kita: "Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, yaitu ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Kasih ini adalah kasih yang tidak terukur, kasih yang tak mengenal batas, kasih yang mengubah dunia.

Mari kita rayakan Paskah ini dengan komitmen baru untuk mengasihi tanpa syarat, seperti kasih yang telah Yesus berikan kepada kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

 

Sabtu, 15 Maret 2025

"DI TENGAH KEGELAPAN, GOSYEN MENJADI CAHAYA"

"Dengan demikian Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu. Besok tanda mujizat ini akan terjadi."

Keluaran 8 : 23

Oleh  Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th

Khotbah : 

PENDAHULUAN

Saudara-saudara terkasih, kehidupan kita sebagai orang percaya tidak lepas dari tantangan dan pergumulan yang kita hadapi setiap hari. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kegelapan, kesulitan, dan ketidakpastian. Namun, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Tuhan membuat perbedaan antara umat-Nya dan dunia ini.

Dalam Keluaran 8:23, Tuhan berbicara kepada Musa bahwa Dia akan membuat perbedaan antara umat Israel dan bangsa Mesir. Di tengah tulah yang menimpa Mesir, Tuhan menjaga umat-Nya yang berada di Gosyen. Gosyen bukan hanya sebuah tempat fisik, tetapi simbol perlindungan dan berkat Tuhan bagi umat-Nya. Mari kita belajar lebih dalam tentang apa arti "Gosyen" bagi kita saat ini, dan bagaimana kita dapat hidup dalam "Gosyen rohani."


I. GOSYEN: TEMPAT PERLINDUNGAN TUHAN BAGI UMAT-NYA

📖 Kejadian 47:6, 11 – Firaun memberikan wilayah Gosyen kepada keluarga Yakub karena itu adalah daerah yang subur dan cocok untuk menggembalakan ternak mereka.

  • Gosyen adalah tempat yang Tuhan pilih untuk umat Israel selama mereka tinggal di Mesir, jauh dari kerusuhan dan kelaparan yang melanda wilayah lainnya.
  • Mazmur 91:1-2 mengingatkan kita, "Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa, akan berkata kepada TUHAN: 'Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku yang kupercayai.'"
  • Aplikasi: Bagi umat Tuhan, Gosyen menjadi simbol tempat perlindungan yang disediakan Tuhan. Di tengah dunia yang penuh dengan ancaman, kita juga bisa berlari kepada Tuhan sebagai tempat perlindungan yang aman. Apakah kita sudah menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan utama dalam hidup kita?

II. TUHAN MEMBUAT PERBEDAAN ANTARA UMAT-NYA DAN DUNIA

📖 Keluaran 8:23 – Tuhan berkata, "Dengan demikian Aku akan mengadakan perbedaan antara umat-Ku dan bangsamu."

  • Dalam kisah tulah Mesir, Tuhan menghukum bangsa Mesir, tetapi di Gosyen, tempat tinggal umat Israel, tidak ada tulah yang menimpa.
  • Keluaran 9:26 menegaskan bahwa tidak ada tulah yang terjadi di Gosyen. Ini menunjukkan bahwa Tuhan melindungi umat-Nya secara khusus.
  • 1 Petrus 2:9"Tetapi kamu adalah umat yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."
  • Aplikasi: Seperti umat Israel yang dipisahkan di Gosyen, Tuhan memanggil kita untuk hidup terpisah dari dunia yang dilanda kejatuhan dan dosa. Kita dipilih Tuhan untuk menjadi umat yang berbeda. Kita harus hidup dalam terang-Nya dan tidak terjebak dalam kegelapan dunia ini.
    Pertanyaan refleksi: "Apakah kita hidup dengan perbedaan yang Tuhan buat dalam hidup kita?"

III. HIDUP DALAM GOSYEN ROHANI DI ZAMAN SEKARANG

📖 Yohanes 17:14-16 – Yesus berkata kepada Bapa, "Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia."

  • Gosyen bukan hanya tempat fisik, tetapi juga simbol dari hidup terpisah dalam ketaatan kepada Tuhan. Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam dunia, tetapi tidak menjadi bagian dari dunia yang penuh dosa dan ketidakpastian.
  • Roma 12:2"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, supaya kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
  • Aplikasi: Hidup dalam "Gosyen rohani" berarti kita hidup berbeda. Kita hidup dalam dunia ini, tetapi kita tidak ikut dalam pola hidup dunia yang berdosa. Kita hidup dalam kebenaran dan terang Tuhan. Apakah kita sudah hidup berbeda, seperti umat Tuhan yang hidup dalam Gosyen?

KESIMPULAN & APLIKASI

  • Di tengah kegelapan dunia ini, Tuhan menyediakan Gosyen sebagai tempat perlindungan bagi umat-Nya. Tuhan membuat perbedaan yang nyata antara umat-Nya dan dunia yang penuh dengan kecemasan, keputusasaan, dan dosa.
  • Sebagai orang percaya, kita juga dipanggil untuk hidup dalam "Gosyen rohani". Ini berarti kita memilih untuk hidup terpisah dari dunia ini dalam ketaatan kepada Tuhan dan menikmati perlindungan serta berkat-Nya.
  • Tuhan memanggil kita untuk menjadi umat yang berbeda, yang hidup dalam terang-Nya dan memberi dampak positif bagi dunia ini.

 

Rabu, 12 Maret 2025

Doa dan Puasa: Jalan Menuju Pembaharuan Rohani

Oleh : Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th

Pendahuluan

Dalam iman Kristen, doa dan puasa saling melengkapi sebagai dua praktik yang tidak dapat dipisahkan. Doa adalah sarana komunikasi kita dengan Tuhan, sedangkan puasa merupakan bentuk kerendahan hati yang mencerminkan penyerahan diri kepada-Nya. Keduanya memiliki peran yang sangat vital dalam memperdalam hubungan kita dengan Tuhan, membuka saluran berkat, dan memperkuat iman. Artikel ini akan mengulas lebih lanjut bagaimana doa dan puasa menjadi sarana pembaharuan rohani dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Doa dan Puasa dalam Kehidupan Kristen

Doa sebagai Sarana Berkomunikasi dengan Tuhan

Doa bukan hanya sekadar permohonan, tetapi juga merupakan momen penting bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Doa memberi kesempatan untuk membangun kedekatan dengan Tuhan. Dalam Matius 6:6, Yesus mengajarkan kita untuk berdoa dengan sungguh-sungguh dalam kesendirian, hanya kepada Bapa yang melihat segala yang tersembunyi. Melalui doa, kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Puasa sebagai Ekspresi Kerendahan Hati

Puasa adalah bentuk pengorbanan yang membantu kita mengalihkan perhatian dari kebutuhan fisik menuju kebutuhan rohani. Yesaya 58:6 menunjukkan bahwa puasa sejati adalah bentuk pembebasan bagi yang tertindas dan sebuah tindakan untuk berfokus pada Tuhan, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Dalam puasa, kita merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menyatakan kesediaan untuk menyerahkan seluruh hidup kepada-Nya.

Kombinasi Doa dan Puasa

Keduanya saling mendukung satu sama lain. Doa adalah sarana untuk meminta petunjuk Tuhan, sementara puasa membantu kita mengosongkan diri dari segala hal duniawi agar lebih siap untuk menerima kehendak-Nya. Dalam Markus 9:29, Yesus mengajarkan bahwa beberapa pencobaan hanya dapat diatasi melalui doa dan puasa, yang menunjukkan betapa pentingnya keduanya dalam menghadapi tantangan rohani yang besar.

Pembaharuan Rohani Melalui Doa dan Puasa

Mendekatkan Diri dengan Tuhan

Doa dan puasa adalah cara yang sangat efektif untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kita berdoa dan berpuasa, kita melepaskan diri dari gangguan duniawi dan fokus sepenuhnya pada Tuhan. Dalam Mazmur 42:2, pemazmur menyatakan kerinduannya untuk berada dalam hadirat Tuhan, yang menggambarkan bagaimana doa dan puasa membantu kita mengutamakan Tuhan dalam hidup kita.

Menguatkan Iman dan Disiplin Rohani

Iman yang kokoh dibangun melalui perjuangan dan disiplin rohani. Doa dan puasa memperkuat iman kita dengan memberi kita kekuatan untuk tetap teguh meskipun dalam kesulitan. Dalam Matius 17:21, Yesus menyatakan bahwa "jenis ini tidak dapat dikalahkan kecuali dengan doa dan puasa," yang menunjukkan bahwa keduanya adalah kekuatan rohani yang diperlukan untuk mengatasi berbagai pencobaan. Melalui keduanya, kita diperkuat dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Membuka Pintu Berkat dan Pertolongan Tuhan

Doa dan puasa bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga sebagai cara untuk mencari kehendak Tuhan. Yesaya 65:24 mengingatkan kita bahwa Tuhan mendengarkan doa orang-orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh. Ketika kita melakukannya dengan hati yang tulus, kita membuka diri untuk menerima berkat dan pertolongan dari Tuhan yang tak terbatas.

Contoh-contoh Doa dan Puasa dalam Alkitab

Yesus dan Puasa di Padang Gurun

Yesus memberikan contoh teladan yang sempurna mengenai doa dan puasa. Setelah dibaptis, Dia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam di padang gurun untuk mempersiapkan diri menghadapi pencobaan dari Iblis. Dalam Matius 4:1-2, puasa Yesus bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga persiapan rohani untuk mengalahkan godaan Iblis.

Daniel Berpuasa untuk Mendapatkan Petunjuk

Daniel menunjukkan bagaimana puasa digunakan untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan. Dalam Daniel 9:3, Daniel berpuasa dan berdoa untuk mengetahui kehendak Tuhan bagi bangsanya. Puasa Daniel bukan sekadar menahan makan, tetapi juga memperkuat doa untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam.

Paulus dan Barnabas Berdoa dan Berpuasa

Pada masa gereja awal, Paulus dan Barnabas berdoa dan berpuasa sebelum mereka dipanggil untuk melayani. Kisah Para Rasul 13:3 mencatat bahwa setelah berdoa dan berpuasa, mereka menerima pengutusan untuk misi pelayanan. Ini menunjukkan betapa pentingnya doa dan puasa dalam menentukan langkah-langkah besar dalam pelayanan.

Manfaat Doa dan Puasa dalam Kehidupan Sehari-hari

Transformasi Pribadi

Doa dan puasa memiliki kekuatan untuk mengubah hati kita. Ketika kita berfokus pada Tuhan, kita mulai melihat hidup kita dari perspektif yang berbeda. Perubahan ini terjadi dari dalam, dan doa serta puasa membantu kita mengembangkan sifat-sifat rohani seperti kerendahan hati, kasih, dan pengampunan.

Menghadapi Pencobaan dan Godaan

Dalam dunia yang penuh godaan, doa dan puasa adalah senjata rohani yang efektif. Ketika kita menghadapi godaan, doa dan puasa memberi kita kekuatan untuk bertahan dan tetap memilih jalan yang benar. Dengan berdoa dan berpuasa, kita menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dan mengalahkan keinginan duniawi.

Meningkatkan Fokus dan Tujuan Hidup

Doa dan puasa membantu kita tetap fokus pada tujuan hidup yang sejati, yakni hidup yang berkenan kepada Tuhan. Dalam kesibukan hidup sehari-hari, kita mudah tergoda untuk melupakan panggilan Tuhan, tetapi dengan doa dan puasa, kita kembali menemukan tujuan hidup kita yang sejati.

Kesimpulan

Doa dan puasa bukanlah sekadar ritual, tetapi adalah sarana penting untuk memperbaharui hubungan kita dengan Tuhan. Melalui doa, kita berbicara dengan Tuhan dan mendengar suara-Nya. Melalui puasa, kita menunjukkan kerendahan hati dan penyerahan diri kepada-Nya. Kombinasi doa dan puasa membuka pintu bagi berkat, pembaharuan rohani, dan pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Mari kita berkomitmen untuk menjalani kehidupan doa dan puasa sebagai bagian dari perjalanan rohani yang lebih dalam bersama Tuhan.

 

 

 

Minggu, 26 November 2023

JANGAN SALAH PRIORITAS


Dalam Kejadian pasal 19, kita menemukan sebuah kisah yang sarat dengan pelajaran tentang memilih prioritas yang tepat dalam kehidupan. Kisah kehancuran Sodom dan Gomora, dan terutama keputusan dan tindakan Lot, memberikan kita gambaran nyata tentang konsekuensi dari salah menetukan prioritas.

Dalam Kejadian pasal 19, kita diajak menyelami peristiwa yang menegangkan: dua malaikat mengunjungi Sodom, dan Lot menyambut mereka. Kota Sodom, yang telah dipenuhi dengan kejahatan, berada di ambang kehancuran. Peristiwa ini menggambarkan betapa lingkungan yang rusak secara moral dapat mempengaruhi keputusan dan prioritas kita dalam hidup.

Memilih Prioritas yang Tepat

Pentingnya Mendengarkan Peringatan Tuhan: Tuhan mengirim malaikat kepada Lot sebagai peringatan. Ini adalah pengingat bagi kita untuk selalu mendengarkan dan mematuhi peringatan dari Tuhan. Tanyakan pada diri sendiri, apakah kita terbuka menerima peringatan Tuhan?

Keraguan dan Ketidakpastian: Lot sempat ragu saat diminta untuk meninggalkan Sodom. Ini menunjukkan bagaimana keraguan sering menghambat kita dari mengambil langkah yang benar. Apakah kita terlalu nyaman dengan kehidupan saat ini sehingga mengabaikan panggilan Tuhan?

Kepatuhan dan Keselamatan: Meskipun Lot akhirnya patuh, keputusannya diwarnai dengan keraguan. Kepatuhan yang tepat waktu kepada Tuhan adalah kunci keselamatan. Apakah kita sering menunda-nunda kepatuhan kita kepada Tuhan?

Belajar dari Kesalahan Lot: Kesalahan Lot dalam menetapkan prioritas adalah pelajaran berharga bagi kita. Lot terlalu lama tinggal di Sodom dan terlambat menyadari bahayanya. Kita harus belajar untuk membuat keputusan yang berfokus pada nilai-nilai Kerajaan Allah, bukan nilai-nilai duniawi.

Menghidupi Pesan "Jangan Salah Prioritas"

Dalam praktik sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang menuntut kita untuk menetapkan prioritas. Berikut ini adalah beberapa langkah praktis:

Mengutamakan Hubungan dengan Tuhan: Luangkan waktu untuk doa, pembacaan Alkitab, dan ibadah. Hubungan dengan Tuhan harus menjadi prioritas utama kita.

Mengenali Pengaruh Lingkungan: Sama seperti Lot yang terpengaruh oleh lingkungan Sodom, kita juga bisa terpengaruh oleh lingkungan yang tidak mendukung nilai-nilai kerajaan Allah. Selalu evaluasi lingkungan tempat kita berada.

Membuat Keputusan Berdasarkan Nilai Kerajaan Allah: Dalam setiap keputusan, tanyakan, "Apakah ini sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah?" Ini akan membantu kita untuk tidak salah dalam menetukan prioritas.

Menjadi Contoh yang Baik bagi Orang Lain: Ketika kita memilih prioritas yang tepat, kita menjadi teladan bagi orang lain, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga melalui tindakan kita sehari-hari.
Menghindari Penundaan dalam Kepatuhan: Jangan tunda ketika Tuhan memanggil. Seperti Lot yang sempat ragu-ragu, penundaan bisa berakibat fatal dalam kehidupan rohani kita.

Menghadapi Perubahan dengan Iman: Ketika Tuhan memanggil kita untuk berubah atau meninggalkan sesuatu, lakukanlah dengan iman. Perubahan memang menakutkan, tetapi dengan iman, kita dapat menghadapinya.

"Jangan Salah Prioritas" bukan hanya tema khotbah, tapi sebuah panggilan untuk menghidupi kehidupan kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita renungkan prioritas kita, dan pastikan selaras dengan rencana Tuhan. Dengan demikian, kita akan hidup dalam keberkahan dan kedamaian yang berasal dari-Nya.

Marilah kita mengambil pelajaran dari kisah Lot. Jangan biarkan kita salah dalam menentukan prioritas. Dengarkan dan patuhi peringatan Tuhan, dan buatlah keputusan yang berkenan kepada-Nya. Semoga Tuhan memberkati kita semua dalam perjalanan iman kita. Amin.