Oleh : Pdt. Dr. Thian Rope, M.Th
Pendahuluan
Menjadi seorang gembala bukan sekadar tentang memimpin, melainkan juga
membangun hubungan yang erat dengan jemaat. Seorang gembala yang dihormati
tidak hanya karena posisinya, tetapi juga karena kasih dan ketulusannya dalam
pelayanan. Kepemimpinan yang efektif dalam gereja tidak hanya berkaitan dengan
kemampuan berkhotbah atau mengelola pelayanan, melainkan juga bagaimana seorang
pemimpin rohani membimbing jemaat dengan hati yang penuh kasih. Artikel ini
akan menguraikan cara seorang gembala dapat menjadi figur yang dicintai dan
dihormati dalam pelayanannya.
1. Memimpin dengan Keteladanan
Pemimpin sejati tidak sekadar memberikan arahan, tetapi juga menjadi
panutan bagi jemaatnya. Rasul Paulus menasihatkan:
"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut
Kristus." (1 Korintus 11:1)
Saat seorang gembala hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kristiani,
jemaat akan melihat dan meneladani kehidupannya. Oleh karena itu, seorang
pemimpin gereja harus memiliki karakter yang mencerminkan integritas, kasih,
dan kesabaran dalam kesehariannya.
2. Mengasihi Jemaat dengan Ketulusan
Kasih menjadi fondasi utama dalam pelayanan. Yesus menunjukkan bagaimana
seorang pemimpin harus mengasihi orang-orang yang dipercayakan kepadanya:
"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (Yohanes 10:11)
Seorang gembala yang disayangi oleh jemaat adalah mereka yang
benar-benar memperhatikan kesejahteraan rohani dan jasmani jemaatnya. Hal ini
mencakup kesediaan untuk mendengarkan, mendoakan, serta hadir di saat jemaat
membutuhkan dukungan.
3. Menjadi Pendengar yang Baik
Seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya berbicara, tetapi juga
mendengarkan dengan penuh perhatian. Jemaat merasa dihargai ketika mereka
didengar, bukan sekadar diberi nasihat. Yakobus menulis:
"Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk
berkata-kata." (Yakobus 1:19)
Dengan memiliki kemampuan mendengar yang baik, seorang gembala dapat
memahami pergumulan jemaatnya serta memberikan bimbingan yang lebih tepat
sasaran.
4. Memimpin dengan Kebijaksanaan dan
Kerendahan Hati
Kepemimpinan bukan tentang mencari kekuasaan, melainkan tentang melayani
dengan kebijaksanaan dan rendah hati. Yesus mengajarkan:
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia
menjadi pelayanmu."
(Matius 20:26)
Gembala yang rendah hati akan mendapatkan penghormatan dari jemaatnya,
karena mereka melihat ketulusan dan dedikasinya dalam melayani.
5. Membangun Kedekatan dengan Jemaat
Jemaat cenderung lebih menghormati dan mencintai pemimpin yang dekat
dengan mereka. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
- Mengunjungi
jemaat secara rutin.
- Berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan pelayanan.
- Terlibat dalam
kehidupan sehari-hari jemaat, seperti menghadiri acara pernikahan,
kelahiran, serta memberikan dukungan saat mereka berduka.
6. Teguh dalam Prinsip, tetapi Penuh Kasih
Seorang gembala harus memiliki keteguhan dalam ajaran dan prinsip
Alkitab, tetapi menyampaikannya dengan penuh kasih. Rasul Paulus menulis:
"Tegorlah, nasihatilah, dan kuatkanlah mereka dengan segala
kesabaran dan pengajaran." (2 Timotius 4:2)
Ketegasan yang dikombinasikan dengan kasih akan membuat jemaat lebih
terbuka dalam menerima arahan dan bimbingan rohani.
Kesimpulan
Menjadi gembala yang dicintai dan dihormati bukanlah sesuatu yang
instan, tetapi hasil dari kepemimpinan yang penuh keteladanan, kasih, dan
kesabaran. Seorang gembala harus selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan,
membangun hubungan yang erat dengan jemaat, serta melayani dengan hati yang
tulus dan rendah hati. Dengan demikian, jemaat akan melihatnya sebagai figur
yang patut dicintai dan dihormati.
Semoga kita semua yang terpanggil dalam pelayanan dapat terus bertumbuh
menjadi gembala yang baik bagi jemaat yang Tuhan percayakan kepada kita. Amin.